Kamis, 26 April 2012

Hidup Tanpa Jantung dan Otak Kanan


D'Zhana Simmons



          Seperti yang kita ketahui, jantung adalah pusat kehidupan manusia. Lalu bagaimana hasilnya jika seorang gadis bernama D'Zhana Simmons dapat bertahan hidup tanpa jantung di tubuhnya selama 118 hari?

          Selama hampir 4 bulan lamanya gadis Carolina Selatan itu menggantikan fungsi jantung pada tubuhnya dengan mesin pemompa darah buatan. Mesin itu baru dilepas saat ia telah mendapatkan donor jantung dan mentransplatasikannya ke dalam tubuhnya.

        Kasus yang terjadi pada pertengahan 2008 ini mencatatkan sejarah baru di dunia medis karena sebelumnya belum ada yang mampu bertahan hidup selama itu. Kasus ini juga mengundang air mata Simmons tiap kali ua mengingat peristiwa hidupnya tanpa jantung. "Saat itu, aku merasa hidupku palsu, seperti aku tidak benar-benar ada." ungkapnya.
  
            Gadis ini menderita cardiomyopathy,di mana kondisi jantungnya melemah dan membengkak sehingga kehilangan fungsinya untuk memompa darah. Sehingga satu-satunya jalan keluar hanyalah dengan tranplatasi jantung. Dan karena tidak mudahnya mencari donor jantung, maka ia harus menanti hingga 4 bulan lamanya. Sebelum menerima transplatasi jantung, ia juga telah menerina donor ginjal, tetapi karena gagal beradaptasi dengan tubuhnya maka ginjal barunya harus diangkat kembali.

Cameron Mott


                   Tak kalah tragisnya dengan Simmons, bocah yang baru berumur 9 tahun ini, Cameron Mott, sudah harus kehilangan otak kanannya karea sindrom yang dideritanya. Dikarenakan sindroma Rasmussen yang dideritanya, tiap hari ia kejang-kejang hebat.

             Operasi dengan resiko yang dijalaninya membuat pada awalnya pihak dokter mengatakan bila gagal   melakukan operasi maka resikonya adalah kematian dan bila berhasilpun Mott kecil berkemungkinan besar mengalami koma dan lumpuh pada sisi kiri tubuhnya. Namun di luar dugaan, usai operasi dan menjalani fisioterapi, Mott kecil mdapat berlari dan bermain meskipun ia sedikit pincang dan kehilangan pengelihatan tepi.
              




Fosil Otak Manusia Berusia 2.500 Tahun




         Mungkin biasa bagi anda untuk mendengar bahwa ditemukan fosil kerangka tubuh manusia yang berumur  ribuan tahun lamanya, tetapi bagaimana dengan bila ditemukannya tengkorak manusia yang didalamnya masih  terdapat otak manusia dan umurnya sudah 2.500 tahun?

          Di Inggris, ditemukan otak yang masih utuh di dalam tengkoraknya. Temuan otak yang berwarna kuning kecoklatan mengkerut ini membuat para ahli bertanya-tanya akan bagaimana organ rapuh  seperti otak dapat bertahan ribuan tahun dan seberapa sering pengawetan akan organ terbebut. Sekedar untuk diketahui, otak merupakan organ yang sangat rapuh dan merupakan organ pertama kali terurai lalu berubah menjadi cairan karena kadar lemaknya tinggi. 

         Tengkorak beserta otak itu diduga para ahli milik pria berusia 26 sampai 45 tahun dengan kondisi dua tulang rahang dan leher patah pada saat telah meninggal. Dugaan ini diperkuat dengan tidak ditemukannya kerangka badan dari tengkorak tersebut, sehingga kesimpulan sementara para ahli, jasad pria tersebut di gantung lalu di penggal.

         Tengkorak yang terdapat di dalam kubangan lumpur pada Zaman Besi tersebut beruntung ditemukan karena area tinggalnya akan menjadi perluasaan kompleks University of York di Heslington Timur.

           Diduga pula bahwa tengkorak Heslington segera dikuburkan di lahan yang basah setelah ia tewas. Karena adanya oksigen, mungkin menjadi faktor yang mencegah jaringan otak membusuk. Tetapi tidak hanya berpegang dengan 1 faktor, para ilmuan juga masih mempertimbangkan faktor-faktor lain seperti penyakit atau perubahan fisiologis tertentu.

             Meskipun ditemukan utuh, tetapi kandungan kimiawi dari otak Heslington telah berubah berkembang menjadi bahan yang tahan lama dan volumenya menyusut empat kali lipat dari semula. Ilmuan masih menyelidiki rincian kimiawi dari otak tersebut.
    
             Menurut Richard Hall, diperkirakan tengkorak Heslington berasal dari tahun 673 sampai 482 SM. Romawi diperkirakan tiba di wilayah itu pada tahun 71 Masehi dan area ditemukannya diduga suatu lingkungan yang permanen dengan saluran-saluran air, kata Richard Hall, Direktur arkeologi di York Arkeologi Trust.

               Di area tengkorak Heslington, ditemukan juga lingkaran yang diyakini arkeolog sebagai bekas tempat jerami atao rumah, serta fitur kolam yang mungkin digunakan untuk penyimpanan air. Tetapi para ilmuan belum bisa menguak mengapa tidak ada jenazah lain di samping tengkorak tersebut dan tujuan dibuatnya lubang tersebut.